Budaya Berpakaian di Era Globalisasi

11.58.00 Unknown 0 Comments

Kemajuan jaman globalisasi memang tak bisa dihindarkan. Seiring perkembangan kemajuan teknologi, kini kita bisa menikmati semua yang serba instan. Mulai dari makanan, pakaian, transportasi, informasi dan sebagainya. Namun disamping yang ‘serba instan’, globalisasi memiliki dampak – dampak yang tidak bisa kita hindarkan. Entah itu dampak positif maupun dampak negatif.
            Salah satu dampak tersebut adalah dari segi berpakaian. Di Jaman Modern ini banyak sekali model berpakaian. Mulai dari pakaian wanita, pakaian pria, maupun pakaian anak – anak. Setiap tempat dan kegiatan memiliki tema pakaian tersendiri. Untuk pakaian sehari – hari, pakaian berolahraga, pakaian untuk pergi ke suatu tempat, pakaian untuk bekerja, menghadiri acara pernikahan dan penghargaan. Bahkan untuk tidur pun ada pakaiannya. Dalam acara formal seperti menghadiri acara peresmian, kita diharuskan untuk tampil dengan busana yang sopan memakai jas untuk pria atau gaun untuk wanita. Mereka berbondong – bondong membeli pakaian tersebut di mall dengan merk terkenal atau memesan khusus di designer terkenal. Jutaan rupiah bahkan puluhan juta mereka siap untuk membayarnya pakaian tersebut.
            Para remaja kini pun tak ingin ketinggalan. Mereka bergaya, dan berpakaian layaknya artis – artis barat yang jauh lebih tua dari mereka, atau seperti boyband dan girlband dari Korea. Memakai pakaian yang minim agar terlihat bentuk lekuk tubuhnya. Atau memakai riasan yang membuat mereka terlihat lebih tua. Inilah salah satu penyebab yang mengundang orang untuk berbuat tindak kejahatan seperti pelecehan seksual.
Ini sangat betentangan sekali dengan kebudayaan Indonesia. Berbeda sekali dengan jaman dahulu. Dahulu orang malu memakai celana pendek untuk keluar rumah dan selalu memakai pakaian yang sopan.  
Padahal Indonesia memiliki banyak pakaian yang jauh lebih sopan. Indonesia kaya akan batik, kebaya dan pakaian adat yang menjadi ciri khas setiap daerah. Namun lambat laun, kita mulai melupakan budaya kita sendiri. Orang enggan memiliki baju batik dalam lemarinya atau punya beberapa itupun karena terpaksa membeli karena perintah dari kantor atau sekolah. Kebaya pun dipakai saat acara – acara penting saja. Di sekolah kebaya dan pakaian adat dipakai saat peringatan Hari Kartini dan saat perpisahan sekolah.
Jadi, kesimpulannya setiap kebudayaan dari luar masuk hendaknya kita seleksi mana yang positif mana yang negatif. Terutama dalam hal berpakaian. Selama kita berpakaian biasakan sopan dan rapi tetapi tidak menghilangkan budaya Indonesia itu sendiri.

0 komentar: