Budaya Berpakaian di Era Globalisasi
Kemajuan jaman globalisasi memang
tak bisa dihindarkan. Seiring perkembangan kemajuan teknologi, kini kita bisa
menikmati semua yang serba instan. Mulai dari makanan, pakaian, transportasi,
informasi dan sebagainya. Namun disamping yang ‘serba instan’, globalisasi
memiliki dampak – dampak yang tidak bisa kita hindarkan. Entah itu dampak
positif maupun dampak negatif.
Salah
satu dampak tersebut adalah dari segi berpakaian. Di Jaman Modern ini banyak
sekali model berpakaian. Mulai dari pakaian wanita, pakaian pria, maupun
pakaian anak – anak. Setiap tempat dan kegiatan memiliki tema pakaian
tersendiri. Untuk pakaian sehari – hari, pakaian berolahraga, pakaian untuk
pergi ke suatu tempat, pakaian untuk bekerja, menghadiri acara pernikahan dan
penghargaan. Bahkan untuk tidur pun ada pakaiannya. Dalam acara formal seperti
menghadiri acara peresmian, kita diharuskan untuk tampil dengan busana yang
sopan memakai jas untuk pria atau gaun untuk wanita. Mereka berbondong –
bondong membeli pakaian tersebut di mall dengan merk terkenal atau memesan
khusus di designer terkenal. Jutaan
rupiah bahkan puluhan juta mereka siap untuk membayarnya pakaian tersebut.
Para
remaja kini pun tak ingin ketinggalan. Mereka bergaya, dan berpakaian layaknya
artis – artis barat yang jauh lebih tua dari mereka, atau seperti boyband dan
girlband dari Korea. Memakai pakaian yang minim agar terlihat bentuk lekuk
tubuhnya. Atau memakai riasan yang membuat mereka terlihat lebih tua. Inilah
salah satu penyebab yang mengundang orang untuk berbuat tindak kejahatan seperti
pelecehan seksual.
Ini sangat betentangan sekali
dengan kebudayaan Indonesia. Berbeda sekali dengan jaman dahulu. Dahulu orang
malu memakai celana pendek untuk keluar rumah dan selalu memakai pakaian yang
sopan.
Padahal Indonesia memiliki banyak
pakaian yang jauh lebih sopan. Indonesia kaya akan batik, kebaya dan pakaian
adat yang menjadi ciri khas setiap daerah. Namun lambat laun, kita mulai
melupakan budaya kita sendiri. Orang enggan memiliki baju batik dalam lemarinya
atau punya beberapa itupun karena terpaksa membeli karena perintah dari kantor
atau sekolah. Kebaya pun dipakai saat acara – acara penting saja. Di sekolah
kebaya dan pakaian adat dipakai saat peringatan Hari Kartini dan saat
perpisahan sekolah.
Jadi, kesimpulannya setiap
kebudayaan dari luar masuk hendaknya kita seleksi mana yang positif mana yang
negatif. Terutama dalam hal berpakaian. Selama kita berpakaian biasakan sopan
dan rapi tetapi tidak menghilangkan budaya Indonesia itu sendiri.
0 komentar: